liusbuulolo635@gmail.comSuku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).
|
Lompat Batu, Nias = > Yulius Bu'ulolo |
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut
fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai
kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan
oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih
ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku
Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta
yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang
harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan
menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.
Menurut
masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari
sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di
sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di
atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada
zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari
Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang
dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau
Nias.
Penelitian Arkeologi
Penelitian Arkeologi telah
dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 [1], [2]. Penelitian ini
menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam
yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik,
bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman
Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada
masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada
di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari
daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut
Vietnam.
Penelitian genetika terbaru menemukan, masyarakat Nias,
Sumatera Utara, berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Nenek moyang
orang Nias diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina
4.000-5.000 tahun lalu [3], [4].
Mannis van Oven, mahasiswa
doktoral dari Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus
MC-University Medical Center Rotterdam, memaparkan hasil temuannya di
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, Senin (15/4/2013). Dalam
penelitian yang telah berlangsung sekitar 10 tahun ini [5], [6] Oven dan
anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau
Nias.
”Dari semua populasi yang kami teliti, kromosom-Y dan
mitokondria-DNA orang Nias sangat mirip dengan masyarakat Taiwan dan
Filipina,” katanya.
Kromosom-Y adalah pembawa sifat laki-laki.
Manusia laki-laki mempunyai kromosom XY, sedangkan perempuan XX.
Mitokondria-DNA (mtDNA) diwariskan dari kromosom ibu.
Penelitian
ini juga menemukan, dalam genetika orang Nias saat ini tidak ada lagi
jejak dari masyarakat Nias kuno yang sisa peninggalannya ditemukan di
Goa Togi Ndrawa, Nias Tengah. Penelitian arkeologi terhadap alat-alat
batu yang ditemukan menunjukkan, manusia yang menempati goa tersebut
berasal dari masa 12.000 tahun lalu.
”Keragaman genetika
masyarakat Nias sangat rendah dibandingkan dengan populasi masyarakat
lain, khususnya dari kromosom-Y. Hal ini mengindikasikan pernah
terjadinya bottleneck (kemacetan) populasi dalam sejarah masa lalu
Nias,” katanya.
Studi ini juga menemukan, masyarakat Nias tidak
memiliki kaitan genetik dengan masyarakat di Kepulauan Andaman-Nikobar
di Samudra Hindia yang secara geografis bertetangga.
Menanggapi
temuan itu, arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Sony
Wibisono mengatakan, teori tentang asal usul masyarakat Nusantara dari
Taiwan sebenarnya sudah lama disampaikan, misalnya oleh Peter Bellwood
(2000). Teori Bellwood didasarkan pada kesamaan bentuk gerabah.
”Masalahnya,
apakah migrasi itu bersifat searah dari Taiwan ke Nusantara, termasuk
ke Nias, atau sebaliknya juga terjadi?” katanya. Sony mempertanyakan
bagaimana migrasi Austronesia dari Taiwan ke Nias itu terjadi.
Herawati
Sudoyo, Deputi Direktur Lembaga Eijkman yang juga menjadi pembicara,
mengatakan, migrasi Austronesia ke Nusantara masih menjadi teka-teki.
”Logikanya, dari Filipina mereka ke Kalimantan dan Sulawesi. Tetapi,
sampai saat ini data genetika dari Kalimantan dan Sulawesi masih minim.
Masih ada missing link,” katanya.
Di Kalimantan, menurut Hera,
yang diteliti genetikanya baru etnis Banjar. Hasilnya menunjukkan,
mereka masyarakat Melayu. Di Sulawesi yang diteliti baru Sulawesi
Selatan. ”Masih banyak studi yang harus dilakukan,” katanya.
Sumber : Wikipedia